Rabu, 27 September 2023

Dua puluh tujuh September

 Surat terbuka untuk kekasihku diseberang pulau sana

Rasanya semakin hari komunikasi ini semakin menipis, tak kudapati sedikitpun perasaanmu yang dulu disetiap bait pesan yang kau sampaikan.

Terasa sangat berbeda getaran cinta yang kau kirim belakangan ini, entah karena aku sudah mulai kurang menarik dimatamu, atau memang perasaanmu tengah menghilang untukku 

Ingatkah engkau akan janji janji yang kita jalin sebelum kita melewati fase bosanmu ini? Tak terbayangkan bagaimana rupa senyum dan suara nyaring ketawaku yang sangat engkau dambakan disaban hari. Namun sekarang, antusiasme itu tak terlihat. Aku seakan berbicara dengan teman lama yang baru bertemu setelah usia dewasa, agak enggan untuk bercerita banyak hal tapi tak enak meninggalkan karena baru bertemu kembali. 

Sebelumnya janjimu amat manis sayang, aku ingat sekali ketika kamu memintaku kembali dengan menawarkan bahagia yang luar biasa. Ternyata memang tak semudah itu untuk sampai di puncak perjanjian itu. 

Jauh jauh kau disana, menuntut ilmu di tanah orang, membesarkan mimpi dan merawat perjuangan. Tiada lain kau katakan itu semua sebagai bukti akan tunai janji janjimu. Seiring berjalannya waktu sayang, janjimu itu mulai bergeser. Engaku sendiri yang menyampaikan langsung bahwa engkau melangkah jauh hanya untuk memberikan penghidupan yang layak dimasa depan, untuk keluarga kecil kita. Namun, semakin dekat engkau dengan tujuanmu, semakin jauh kurasa dirimu dari janjimu. Tak kusalahkan engkau, tak kusalahkan keadaan. Harapku, semoga cepat berlalu masa-masa sulit ini. Terlalu sakit aku menanggung rindu sendirian, terlalu letih fisik ini menanggung beban fikiran.

Sayangku, ingatlah lekat lekat perjanjian kita dulu. Ingatlah lekat lekat bagaimana kita mempertaruhkan nasib kita bersama. Kutunggu kau pulang, dengan hati dan janji yang semakin membara. Bukan hanya fisikmu yg kuharapkan pulang dengan sempurna, tapi separuh hati dan jiwa yang engkau bawa dari diri ini sebelum kau beranjak. 

Sayangku, rawatlah aku dengan cintamu. Tak kuasa aku sakit sendiri dengan suasana dingin hatimu. Sudah terlalu sakit aku menanggung perih yang belum sembuh sembelumnya, belum kering engkau timpakan dengan kerinduan tak berbalas di ujung hati. 

Apakah kurang cantik aku dimatamu hari ini?

Apakah kurang cerdas aku dipikiran mu?

Apakah kurang menarik diri ini untuk kembali kau lirik?

Sayangku, cepatlah sadar sebelum aku yang terlalu sadar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar